Politik Film di Hindia Belanda - M. Sarief Arief
.untuk lebih banyak klik di sini
Di tahun 1901 terjadi perkembangan kota seperti batavia, medan, surabaya, semarang dll, sehingga menyebabkan arus masuk penduduk ke kota semakin cepat. Akibatnya banyak pendatang yang ingin mengadu nasib atau yang ingin bersekolah ke kota-kota tersebut.
Pada kondisi seperti ini banyak dari mereka ingin mencari hiburan yang relatif singkat. Karena Umumnya pertunjukan di zaman itu memiliki cerita yang berkesinambungan dan memerlukan waktu yang relatif lama untuk menikmatinya secara utuh
Oleh sebab itulah maka tercetus sebuah ide untuk menyediakan tempat menonton pertunjukan secara tetap. Dan film lah yang dipilih untuk dijadikan pertunjukan pada waktu itu.
Di awal kemunculannya, film rata-rata masih beraliran genre (diproduksi Eropa dan Amerika) dan masih bersifat bisu. Sehingga penduduk pribumi hanya berfokus pada gambar-gambarnya saja tanpa memperdulikan alur dan ceritanya. Sedangkan gambar-gambar yg ditampilkan pada film ini memperlihatkan perkelahian, pemerkosaan, percintaan dgn adegan seks maupun perilaku orang barat di dalam menyelesaikan suatu masalah tanpa melalui jalur hukum.
Gambar-gambar itulah yang akhirnya membuat pemerintah hindia belanda merasa resah karena merasa citra orang eropa yang dikenal beradab menjadi hilang begitu saja. Untuk mengatasi kemerosotan "citra" itulah maka pemerintah hindia belanda membuat sebuah kebijakan
Kebijakan kebijakan itu adalah.......
Buku ini begitu detil menceritakan sejarah pemutaran gambar hidup (film) pertama kali di hindia belanda, serta masalah2 yang timbul kala itu sehingga melahirkan berbagai kebijakan,
Di tahun 1901 terjadi perkembangan kota seperti batavia, medan, surabaya, semarang dll, sehingga menyebabkan arus masuk penduduk ke kota semakin cepat. Akibatnya banyak pendatang yang ingin mengadu nasib atau yang ingin bersekolah ke kota-kota tersebut.
Pada kondisi seperti ini banyak dari mereka ingin mencari hiburan yang relatif singkat. Karena Umumnya pertunjukan di zaman itu memiliki cerita yang berkesinambungan dan memerlukan waktu yang relatif lama untuk menikmatinya secara utuh
Oleh sebab itulah maka tercetus sebuah ide untuk menyediakan tempat menonton pertunjukan secara tetap. Dan film lah yang dipilih untuk dijadikan pertunjukan pada waktu itu.
Di awal kemunculannya, film rata-rata masih beraliran genre (diproduksi Eropa dan Amerika) dan masih bersifat bisu. Sehingga penduduk pribumi hanya berfokus pada gambar-gambarnya saja tanpa memperdulikan alur dan ceritanya. Sedangkan gambar-gambar yg ditampilkan pada film ini memperlihatkan perkelahian, pemerkosaan, percintaan dgn adegan seks maupun perilaku orang barat di dalam menyelesaikan suatu masalah tanpa melalui jalur hukum.
Gambar-gambar itulah yang akhirnya membuat pemerintah hindia belanda merasa resah karena merasa citra orang eropa yang dikenal beradab menjadi hilang begitu saja. Untuk mengatasi kemerosotan "citra" itulah maka pemerintah hindia belanda membuat sebuah kebijakan
Kebijakan kebijakan itu adalah.......
Buku ini begitu detil menceritakan sejarah pemutaran gambar hidup (film) pertama kali di hindia belanda, serta masalah2 yang timbul kala itu sehingga melahirkan berbagai kebijakan,
0 Response to "Politik Film di Hindia Belanda - M. Sarief Arief"
Post a Comment