kewibawaan dan ketakutan




Kewibawaan dan ketakutan kadangkala tampak sama gejalanya. Keduanya menjadikan seseorang patuh dan taat terhadap mereka. Akan tetapi jika kita lebih jeli dalam memperhatikan gejala tersebut akan tampak perbedaannya. Karena kepatuhan yang dihasilkan dari ketakuatan akan berbeda proses dan hasilnya dengan kepatuhan yang berasal dari kewibawaan.

Kewibawaan akan menjadikan seseorang patuh dengan kerelaan hatinya akan tetapi kepatuhan dari ketakutan hanya kepatuhan karena terpaksa karena tertekan akan satu hal yang menjadikannya harus tunduk terhadapnya.

Dari Wikipedia Bahasa Indonesia diperoleh pengertian bahwa ketakutan adalah suatu tanggapan emosi terhadap ancaman. Takut adalah mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respon terhadap stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Beberapa ahli psikologi juga telah menyebutkan bahwa takut adalah salah satu dari emosi dasar, selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan

Misalnya ketika seorang guru A dan guru B. mereka mempunyai sifat yang berbeda satu dengan yang lain. Guru A adalah guru yang penyayang, lemah lembut dan sangat perhatian terhadap anak didiknya. Akhirnya anak didiknyapun merasakan hal tersebut sehingga mereka terpanggil hatinya untuk tunduk patuh terhadap guru A dengan suka rela tanpa ada paksaan dan bahkan mereka menjalankan tugas yang diberikan kepada mereka dengan hati yang gembira. Mereka akan punya rasa “tidak enak” andaikan tidak bisa memenuhi tugas yang diberikan oleh guru A tersebut.

Sedangkan guru B adalah guru yang sebenarnya baik, akan tetapi karena ketegasannya sehingga dia terkesan “saklek” dan “galak”. Guru B tersebut sangat menjunjung tinggi peraturan dengan ke tegasan sebagai sarananya penegakannya. Ketika ada siswa yang melanggar peraturan akan segera diberi sanksi yang sebenarnya tujuan dari pemberian sanksi tersebut adalah untuk kebaikan anak didiknya. Akan tetapi anak didiknya akan menganggap guru B tersebut galak. Maka apapun yang diperintahkan guru B tersebut juga akan dijalankan. Tetapi dengan dasar “takut” akan sanksi yang akan diberika kepada guru B andaikan tidak sanggup menjalankan tugas yang diberikan.

Kepatuhan yang terjadi kepada seseorang akibat ketakutan tidak begitu  berdampak bagi pengembangan orang tersebut untuk menjadi lebih baik. Karena pengetahuan atau pengembangan dirinya tidak berasal dari hati nuraninya. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk menjadi baik dikarenakan bisa jadi dari factor “terbisa” berperan dalam proses pengembangannya.

Begitu juga kewibawaan dan ketakutan yang ada dalam masyarakat. Mereka warga masyarakat akan tunduk dan patuh secara sukarela terhadap orang yang mempunyai perbawa dan akan tunduk takut terhadap orang yang dianggapnya “menakutkan”. Perbawa yang ada dalam masyarakat akan membawa dampak yang baik bagi pengembangan masyarakat disekitar.

Ketika seseorang menjalankan atau menuruti perintah dari orang yang mempunyai perbawa mereka akan manjalankan dengan suka hati tanpa ada rasa mengganjal dalam hati mereka. Sehingga juga akan berdampak bai kepad yang mempunyai perbawa untuk tidak dibicarakan dibelakan atau dalam istilah jawa “dirasani”. Berbeda halnya dengan seseorang yang patuh karena ketakutan. Merka akan menjalankannya dengan terpaksa. Mereka akan berbuat seolah patuh terhadapnya ketika mereka berdiri didepannya, akan tetapi ketika dia sedang berada di belakang orang yang memberi perintah maka tidak menutup kemungkinan untuk masyarakat membicarakannya bahkan sampai “menghujatnya.”

0 Response to "kewibawaan dan ketakutan"

Post a Comment